HMI terlahir di kondisi sosiologis dan carut-marut negara dalam kondisi ke tidak stabilan pemerintahan dan politik.

Setelah Indonesia merdeka Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) masih diusia dua tahun (1947). HMI lahir dan tumbuh bersama panasnya sisa-sisa api revolusi kemerdekaan Indonesia. Semangat revolusi atas penjajahan kolonialisme yang di bangun dengan ketauhidan, HMI di waktu itu tak gentar melawan kezaliman.

Baca juga : Jiwa Militansi Kader HMI Dalam Mengkonstruksi Era Baru

Semangat inilah yang kemudian selalu diingat oleh semua kader dan anggota HMI atas komitmen keislaman yang merupakan prinsip perjuangan. Nilai-nilai HMI yang tertanam dalam diri setiap kader HMI, dan terpatri keislaman dan keindonesiaan yang telah dibangun secara kokoh oleh pendiri dan tokoh intelektual HMI.

Pada titik inilah, komitmen dan solidaritas pengurus dan anggota HMI harus empati, terhadap organisasi dan sesama anggota HMI lainnya. Melting pot sebagai bentuk solidaritas kader HMI, harus proaktif terhadap perkembangan zaman, dan untuk menunaikan komitmen kebangsaan, bagi HMI merupakan kebutuhan kemanusiaan universal.

Baca Juga : Kaban Kesbangpol Kepulauan Sula Dipolisikan

Zaman Artificial Intelligence, (AI) adalah platfom kecerdasan buatan manusia yang memudahkan kini mulai komplek, maka HMI harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, karena kita hidup pada zaman yang persaingannya begitu ketat di bidangnya, tentu kesadaran kader HMI sebagai pintu dalam mengambil tanggung jawab besar dalam mencapai keberhasilan.

Saat ini Organisasi HMI sudah mencetak kader terbaik di bangsa ini dan menciptakan intelektual-intelektual, politisi hingga praktisi yang fokus pada keilmuannya.

Komitmen sebagai kader dan anggota HMI bahkan terus didorong untuk produktif dalam kaderisasi, menjadi motor dan garda terdepan untuk melakukan perubahan di ruang publik dan masyarakat menjadi relevan seiring zaman dan menjawab era pos truth.

Keteguhan keislaman dan kebangsaan sebagai jiwa besar, untuk terus dan mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju globalisasi dan kebaikan umat manusia di dunia, selayaknya kader HMI, diharapkan dapat dan mampu mengemban amanah sebagai Khalifatullah di masa depan.

Kader HMI sebagai aset bangsa, maka HMI perlu di jaga dan terus disuntikkan kepada kader-kadernya dari generasi ke generasi dan masa ke masa HMI sebagai kader insan cita harus mempunyai keterampilan kepimpinan, kapasitas intelektual, kesadaran komitmen dan juga ketangguhan karakter.

Penulis: Fauzan Tidore S.Pd., M.M Ketua Umum HMI Cabang Sanana.