Penulis: Fauzan Tidore S.Pd., M.M Ketua Umum HMI Cabang Sanana.

Kader HMI adalah prioritas pundak organisasi yang menghantarkan mission sebagai tugas peradaban manusia pada esensinya, serta jiwa militansi sebagai kader yang memiliki ketangguhan menghadapi gelombang besar setiap hiruk pikuk kehidupan sosial, dan tantangan zaman.

Semangat juang yang tinggi dan menjalani tugas yang amanah, kuat menahan diri di organisasi, akan mengubah pola pikir, dan pola tindak menjadi manusia yang penuh dengan ketangguhan berjuang dan mandiri.

Loyalitas kader HMI, adalah berjuang untuk membesarkan daya kritis, dan mempertahankan organisasi yang penuh rasa peduli, serta kembali pada sudut pandang yang utuh, kader HMI yang militan, merupakan goal setting dari setiap organisasi yang mempunyai eksistensi mission dalam mencapai tujuan.

Militansi kader HMI Cabang Sanana, dan keberlangsungan HMI Cabang Sanana, adalah bentuk eksistensi dalam proses perekrutan kader-kader berkualitas, yang nantinya akan meneruskan roda kepemimpinan HMI Cabang Sanana di masa mendatang.

Proses perekrutan kader, yang kemudian biasanya disebut pengkaderan, bukan hal yang enteng, perlu penyeleksian yang ketat, agar residu yang tersisa diatas filter kader betul-betul merupakan kader militan yang dapat bertanggung jawab, loyalitas keorganisasian dan penuh solidaritas yang tinggi.

Olehnya itu , kader dianggap sebagai ujung tombak organisasi, maka kriteria minimum yang wajib dimiliki oleh anggota, yakni smart HMI, yang siap menjalankan tugas dan kewajiban.

Para kader HMI, harus memiliki jiwa militan, yakni semangat membara, menggebu-gebu, dan tanggu dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diemban dalam organisasi.

Ketika kader HMI tidak memiliki jiwa militan, maka komitmen dan solidaritas dalam tujuan organisasi tersebut tidak begitu kuat. Komitmen kader HMI, sebenarnya bergantung pada niat.

Jangan masuk HMI karena saudara, jangan masuk HMI karena ada yang kamu suka, dan jangan masuk HMI karena kamu di perintah, tapi masuk HMI untuk kamu berpikir, masuk HMI untuk kamu berbuat, dan masuk HMI untuk merubah pola pikir dan pola tindak.

Allah pernah mengatakan dalam Al-qur’an bahwasanya setiap orang akan mendapatkan apapun yang diniatkannya, jika seseorang melakukan sesuatu dengan niat dunia maka untuknya dunia itu, dan dia tidak akan merasakan sedikitpun nikmat akhirat.

Begitupun jika niat kader HMI untuk mendapatkan ridho Allah, maka untuknya lah rahmat dan Ridho nya. Kemurnian niat untuk melakukan sesuatu, hanya karena takut kepada Allah, dan hanya mengharapkan rahmat serta ridho Nya, maka sudah pasti perilaku yang tercermin harus perilaku militan, yang sungguh-sungguh dan bersemangat.

Sebagaimana kata Amanah , yang dijelaskan dalam Alqur’an surah Al-Ahzab : 72. “ Sesungguhnya, kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, namun semuanya enggan untuk memikul amanah itu, dan mereka khawatir tidak akan menjalankannya (berat), lalu dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan amat sangat bodoh”.

Allah SWT telah menggambarkan betapa berat amanah yang diberikan kepada manusia, dalam berbagai hal termasuk pada lingkup kecil, yaitu organisasi. Betapa tidak, langit, bumi, gunung, yang ukurannya sangat besar, tidak sanggup karena takut mengkhianati, tapi manusia yang amat zalim dan bodoh ini menerima, bahkan manusia itu sendiri tidak tahu bagaimana konsekuensi amanah itu, mungkin karena kezaliman dan kebodohannya.

Kezaliman dan Kebodohan manusia, harus intropeksi diri bagi setiap orang atau kader yang telah memikul amanah pada sebuah organisasi, tentu jiwa militan saja tidaklah cukup, perlu faktor penunjang lainnya, yakni kecerdasan dan intelek. Kader yang intelek mampu berpikir sebelum mengambil keputusan dan bertindak. Sifat ini sangat dibutuhkan pada diri setiap kader, agar terhindar dari keburukan sifatnya yang telah disebutkan oleh Allah dalam surat Al-Ahzab diatas.

Kadar intelek yang nantinya akan menuntunnya memecahkan persoalan dengan pendekatan yang benar, bijak dan sesuai syariat. Tentu saja intelek yang harus dimiliki kader bukan hanya dalam pandangan sempit intelegensi quotion saja, namun juga emotional quotion, dan yang terpenting spiritual quotion, agar kecerdasannya itu dapat disalurkannya dengan cara benar.

Kader dan anggota HMI mengkonstruksi era baru perkembangan dunia yang kini semakin pesat, kecanggihan teknologi, dan kecanggihan pemikiran manusia, mengakibatkan persaingan dalam berbagai bidang, tentu arah berpikir kader HMI Cabang Sanana harus melakukan transformasi paradigma.

Jika hanya kader dan anggota berpikir bagaimana agar bisa hidup, itu saja cukup, maka sekarang bukan lagi masalah bertahan hidup, akan tetapi tuntutan kader dan anggota HMI sekarang adalah bagaimana menjadikan organisasi sebagai anak panah persaingan di era baru mendatang.

Di era persaingan saat ini, jika tidak memiliki ketangguhan dan inovatif dalam berpikir, maka akan tersingkirkan dan terbuang. Perlu adanya upaya real dalam menyikapi persaingan di era baru saat ini, yaitu dengan membentuk kader dan anggota maka HMI Cabang dan HMI Komisariat yang memiliki jiwa kreatif dan inovatif yang tinggi, jiwa kreatif seperti yang telah dijelaskan bahwa kecerdasan manusia dalam mendaya cipta.

Kecerdasan manusia buatan atau disebut AI seperti yang telah diketahui bahwa militan, intelek, dan kreatif, belum cukup bagi kader HMI Cabang Sanana yang berkomitmen pada kemenangan organisasinya, kader juga perlu memiliki jiwa inovatif, tentu penerapan dapat dilakukan pada pembuatan program kerja, yang menarik minat sasaran organisasi, pemimpin atau kader yang inovatif, akan membawah kompas bagi para anggota HMI, yang bisa meniupkan semangat dan keceriaan dalam organisasi menuju era baru.

Penulis: Fauzan Tidore S.Pd., M.M Ketua Umum HMI Cabang Sanana.