Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi mencakup kemampuan memahami, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis. Di dunia kampus, literasi adalah fondasi utama yang menentukan kualitas mahasiswa sebagai insan akademis dan agen perubahan. Dengan demikian literasi ada hal yang perlu kita pahami secara bersama

Pertama, literasi menjadi kunci dalam proses berpikir kritis. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga mampu mengolah dan menguji kebenaran informasi tersebut. Tanpa literasi yang baik, mereka cenderung mudah terjebak dalam disinformasi, hoaks, atau pemikiran dangkal.

Kedua, dunia kampus adalah ruang dialog dan pertukaran gagasan. Literasi memungkinkan mahasiswa mengungkapkan ide secara runtut, logis, dan berbasis data. Kemampuan ini penting dalam penulisan ilmiah, diskusi kelas, hingga debat publik yang menjadi bagian dari dinamika kehidupan kampus.

Ketiga, literasi juga berperan penting dalam membentuk karakter. Mahasiswa yang gemar membaca dan mengeksplorasi pengetahuan dari berbagai sumber cenderung lebih terbuka, toleran, dan bijak dalam menyikapi perbedaan. Ini sangat penting di lingkungan kampus yang multikultural.

Dengan demikian, membangun budaya literasi di kampus bukan sekadar mendukung capaian akademik, tetapi juga membentuk pribadi-pribadi yang cakap berpikir, bertindak, dan berkontribusi dalam masyarakat. Dunia kampus tanpa literasi adalah ruang hampa penuh potensi tapi kehilangan arah.